Antara pendidikan dan perkembangan masyarakat terdapat interaksi timbal balik dan saling mempengaruhi. Artinya, perkembangan pendidikan akan amat bergantung pada pandangan dan harapan masyarakat terhadap pendidikan, dan pada akhirnya perkembangan suatu masyarakat ditentukan juga oleh tingkat pendidikan anggotanya.
Oleh karenanya, masyarakat modern pada satu segi memandang "pendidikan sebagai variabel modernisasi. Dalam konteks ini pendidikan dianggap sebagai prasyarat dan kondisi yang mutlak bagi masyarakat untuk menjalankan program dan mencapai tujuan-tujuan modernisasi atau pembangunan." Dengan demikian, pendidikan dalam benak masyarakat modern adalah agent of change (agen perubahan) bagi masyarakat. Maju tidaknya pembangunan masyarakat tergantung pada kemampuan pendidikan memenuhi kebutuhan yang diperlukan masyarakat. "Tanpa pendidikan yang memadai, akan sulit bagi masyarakat manapun untuk mencapai kemajuan. Karena itu banyak ahli pendidikan yang berpandangan bahwa 'pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu ke arah modernisasi'."
Sehubungan dengan pembahasan ini, Shipman, sebagaimana dikutip oleh Azyumardi Azra, berpendapat bahwa fungsi pendidikan bagi masyarakat modern terbagi dalam tiga bagian, yaitu :
1). Sosialisasi : Dalam hal ini masyarakat modern memandang bahwa "pendidikan adalah wahana bagi integrasi anak didik ke dalam nilai-nilai kelompok atau nasional yang dominan."
2). Penyekolahan (schooling) : Dalam hal ini masyarakat modern memandang bahwa pendidikan adalah sarana mempersiapkan anak didik untuk menduduki posisi sosial-ekonomi tertentu, dan oleh karena itu penyekolahan harus membekali peserta didik dengan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan dan profesi yang akan membuat mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat.
3). Pendidikan (education) : Dalam hal ini masyarakat modern memandang bahwa pendidikan atau education dimaksudkan untuk menciptakan kelompok elit yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan besar bagi kelanjutan program modernisasi.
Berdasarkan pandangan tentang fungsi pendidikan ini, maka pendidikan dalam masyarakat modern dituntut untuk melakukan hal-hal berikut ini :
1). Sistem pendidikan dituntut mampu untuk memperluas dan memperkuat wawasan nasional anak didik.
2). Sistem pendidikan dituntut untuk mampu mendidik, mempersiapkan dan menghasilkan kepemimpinan modern dan innovator yang dapat melakukan perubahan strategis dan konstruktif terhadap masyarakat sekaligus memelihara nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat.
3). Sistem pendidikan dituntut untuk mempersiapkan anak didik menjadi sumber daya manusia yang unggul dan mampu mengisi berbagai lapangan kerja yang tercipta dalam proses pembangunan. Oleh karenanya, lembaga-lembaga pen-didikan Islam tidak cukup lagi sekedar menjadi lembaga transfer dan transmisi ilmu-ilmu Islam, tetapi sekaligus dapat memberikan skill dan keahlian.
4). Pendidikan dituntut untuk mampu memberikan arah perubahan. Maka, pendidikan Islam khususnya tidak cukup lagi hanya memberikan bekal hidup kepada anak didiknya, tapi juga menjadikan mereka sebagai aktor perubahan sosial.
5). Sistem pendidikan dituntut untuk mampu memelihara stabilitas dan mengembangkan warisan kultural yang kondusif bagi pembangunan.
Dengan karakteristik yang ada pada masyarakat modern tersebut di atas, kita bisa membayangkan apa tanggapan mereka tentang pendidikan Islam, sebagai sebuah sistem pendidikan yang memadukan antara unsur materialistik dengan metafisis. Meskipun demikian, kebutuhan manusia modern tidak saja sains dan teknologi, tetapi kebutuhan rohani, termasuk kebutuhan akan masa depan, baik di dunia maupun sesudahnya. Kebutuhan rohani ini ada pada agama.
Pendidikan Islam tentunya tidak dapat diabaikan begitu saja dari kehidupan masyarakat modern. Karena kebutuhan mereka terhadap unsur-unsur rohani adalah fitrah yang tidak mungkin lepas dari diri mereka meski rasionalisme, materialisme, dan sekularisme menyelimuti pemikiran mereka. Persentuhan manusia modern dengan produk-produk budaya terkadang menimbulkan dampak negatif, serta masuknya manusia ke dalam siklus kehidupan materialistik, hedonistik, dan menghalalkan segala cara dan kemudian terhenti pada perasaan dosa yang tidak dapat dihapus dengan materi. Semua ini membawa ia kepada kehidupan kerohanian.
Dengan demikian pendidikan Islam, sebagai pendidikan yang berasaskan nilai-nilai religiusitas adalah alternatif yang dapat memberikan kesimbangan duniawi dan ukhrawi bagi kehidupan masyarakat modern.
Inilah persepsi, harapan, dan tuntutan masyarakat modern terhadap pendidikan yang menjadi agent of change. Oleh sebab itu, pendidikan dalam masyarakat, mau tidak mau, bergerak searah dengan pandangan masyarakat tersebut. Memang, hal ini menjadi sangat dilematis, menimbang keberadaan pendidikan agent of transformation, yang semestinya mengendalikan perubahan masyarakat tapi eksistensinya ditentukan oleh pandangan masyarakat itu sendiri. Dengan demikian, hal terpenting bagi pendidikan adalah memformulasikan pandangan-pandangan tersebut agar pendidikan dapat menjadi wahana bagi masyarakat untuk mencapai tujuan hidup yang sebenarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar